Prosedur operasi transplantasi jantung saat ini telah mungkin untuk dilakukan dan berhasil menyelamatkan banyak nyawa pasien.
Hal ini tak terlepas dari peran Denton Cooley, seorang ahli bedah jantung yang berhasil menanamkan jantung buatan pertama pada 4 April 1969 silam.
Sebelum Cooley, transplantasi jantung sejatinya telah beberapa kali coba dilakukan, namun belum sempurna.
Mengutip publikasi ‘History of Heart Transplantation’ di Brazilian Journal of Cardiovascular Surgery, transplantasi jantung pertama dilakukan oleh Alexis Carrel dan Charles Guthrie pada 1905 di University of Chicago.
Rencana Normalisasi Hubungan dengan Israel, Penasehat Joe Biden Tiba di Saudi Transplantasi jantung oleh Carrel dan Guthrie melibatkan seekor anjing kecil.
Jantung yang ditransplantasikan berdetak dengan kecepatan 88 detakan per menit, masih berada di bawah angka normal, yakni 100 detakan per menit.
Karena operasi dilakukan tanpa teknik aseptis, koagulasi terjadi di rongga jantung setelah sekitar dua jam dan percobaan pun akhirnya dihentikan.
Terlepas dari masalah itu, percobaan menunjukkan bahwa transplantasi jantung merupakan hal yang mungkin untuk dilakukan.
Sejak itu, penelitian terkait transplantasi jantung terus dilakukan.
Kemajuan paling signifikan dilakukan oleh ahli bedah jantung asal Afrika Selatan Christiaan Barnard pada 1967.
Ia ketika itu berhasil melakukan transplantasi jantung manusia pertama pada pasien dengan gagal jantung stadium akhir.
Bos Ford: AS Belum Siap Bersaing dengan Mobil Listrik Cina Estafet progres dilanjutkan oleh Cooley yang kali ini cukup unik.
Mengutip Texas Heart Institut, transpalansi jantung yang dilakukannya menggunakan jantung buatan total pertama hasil pengembangan ahli jantung asal Argentina Domingo Liotta.
Cooley menanamkan jantung buatan itu pada Haskell Karp, seorang pria 47 berusia tahun dari Illinois.
Jantung buatan itu membantu Karp tetap hidup selama 65 jam sampai jantung manusia untuknya tersedia.
Namun sayangnya Karp akhirnya meninggal dunia dua hari kemudian.
Pada 1978, siklosporin, yakni obat peredam respons sistem kekebalan yang berlebihan mulai diterapkan pada transplantasi ginjal.
Ini kemudian coba diterapkan untuk transpalansi jantung pada 1980 di Stanford.
Setelahnya, era modern transplantasi jantung dimulai dengan peningkatan pesat jumlah pusat transplantasi tahunan dan jumlah pasien transplantasi.